MONETASI KONTEN PROGRAM BROWNIS TRANS TV DI YOUTUBE: PROSES DAN DAMPAKNYA
DOI:
https://doi.org/10.69957/relasi.v5i04.1945Keywords:
Monetasi, Youtube, BrownisAbstract
Perkembangan platform digital, khususnya YouTube, telah membuka peluang baru bagi program televisi untuk mengoptimalkan pendapatan melalui monetisasi konten. Program Brownis Trans TV, sebagai salah satu program populer di Indonesia, telah memanfaatkan YouTube sebagai saluran distribusi konten sekaligus sumber pendapatan tambahan (Ardianto & Erdianto,2021). Artikel ini bertujuan untuk menganalisis proses monetisasi konten Brownis di YouTube, dengan fokus pada strategi yang digunakan serta dampak yang ditimbulkan baik bagi stasiun televisi maupun audiens. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang melibatkan analisis konten dan wawancara dengan pengelola kanal YouTube Brownis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa monetisasi dilakukan melalui berbagai metode, termasuk iklan berbasis tayangan (CPM), iklan berbasis klik (CPC), serta kolaborasi dengan merek brand partnership (Sacharissa, 2020). Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa interaksi audiens, algoritma YouTube, dan frekuensi tayangan menjadi faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan monetisasi (Alifah,2020). Dampak positif dari monetisasi ini mencakup peningkatan pendapatan dan eksposur program, sementara dampak negatifnya terkait dengan ketergantungan pada algoritma platform dan perubahan tren konsumsi media digital. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman strategi monetisasi di era digital, serta implikasinya bagi industri media dan kreator konten.
References
Ardianto, E., & Erdianto, Y. (2021). Industri Televisi di Era Digital: Adaptasi dan Inovasi Konten. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Haryanto, A. (2020). Strategi Monetisasi Konten Digital: Studi Kasus Media Konvensional di Platform YouTube. Jurnal Komunikasi Digital, 8(2), 145-160.
Kurniawan, D. (2022). Optimalisasi Algoritma YouTube dalam Meningkatkan Monetisasi Konten Hiburan. Jurnal Media dan Teknologi, 14(3), 210-225.
Setiawan, R. (2023). Peran Media Sosial dalam Memperluas Jangkauan Program Televisi. Jurnal Ilmu Komunikasi dan Penyiaran, 11(1), 87-102.
YouTube Creator Academy. (2023). Best Practices for Monetization and Audience Engagement. Retrieved from https://creatoracademy.youtube.com.
Sugiharto, B. (2021). Transformasi Industri Media: Tantangan dan Peluang Monetisasi di Era Digital. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Trans TV. (2024). Laporan Tahunan Trans TV: Kinerja Digital dan Strategi Monetisasi Konten. Jakarta: Trans Media Group.
Oktaviani, N. (2023). Analisis Interaksi Audiens dan Dampaknya terhadap Popularitas Konten YouTube. Jurnal Studi Media, 9(4), 330-345.
Kusumadewi, T. (2022). Adaptasi Program Televisi ke Platform Digital: Studi Kasus Program Talkshow di Indonesia. Jurnal Komunikasi Visual, 7(2), 150-170.
Prasetyo, M. (2023). Perkembangan Monetisasi Media Hiburan di Era Digital. Jurnal Teknologi dan Komunikasi, 12(1), 55-70.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Irene Syabilla Alifia; Mohammad Insan Romadhan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Penulis yang manuskripnya diterbitkan akan menyetujui ketentuan sebagai berikut:
Hak untuk publikasi semua materi jurnal yang diterbitkan di situs web RELASI: Jurnal Penelitian Komunikasi dipegang oleh dewan editorial dengan sepengetahuan penulis (hak moral tetap menjadi milik penulis).
Ketentuan hukum formal untuk mengakses artikel digital jurnal elektronik ini tunduk pada ketentuan lisensi Creative Commons-NonCommercial-ShareAlike 4.0 (CC BY-SA), yang berarti RELASI: Jurnal Penelitian Komunikasi berhak untuk menyimpan, mengubah format, mengelola di pangkalan data, memelihara dan menerbitkan artikel tanpa meminta izin dari Pencipta selama tetap mempertahankan nama Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta.
Naskah yang dicetak dan diterbitkan secara elektronik adalah akses terbuka untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan perpustakaan. Selain tujuan tersebut, dewan editorial tidak bertanggung jawab atas pelanggaran undang-undang hak cipta.